Bertemu Ce Hun Tiau di Sepanjang Jalan WR Supratman
Dari Pontianak mana arah rumahmu? Pontianak Tenggara, Timur, Selatan, Barat, atau Kota? Dari manapun arahnya, jalan-jalan sore sembari mencari takjil di Pontianak adalah hal menyenangkan. Karena selain mendapatkan menu-menu berbuka yang diinginkan, jam berpuasa pun rasanya lewat begitu cepat. Jalan WR Supratman yang berada di daerah Pontianak Selatan, adalah tempat di mana kamu dapat merasakan Ce Hun Tiau. Para pedagang berjejer dengan jarak yang mirip lorong antarbangku di kelas. Minuman khas Tionghoa yang satu ini, tentu sudah akrab di telinga orang Pontianak. Kesegarannya seperti matahari terbit dari timur, tak diragukan. Semangkuk Ce Hun Tiau berisi campuran adonan berwarna putih susu dengan tekstur kenyal seperti agar-agar dan bongko. Disajikan dengan es batu, santan cair dan gula merah bersama kacang merah, cendol kanji dan cincau. 
Ce Hun Tiau kerap ditemui di Kalimantan Barat sebagai minuman berbuka puasa ataupun sebagai penghilang dahaga di saat terik matahari menyelimuti Kota Khatulistiwa. Minuman khas Kalimantan Barat ini tentu memiliki sejarah dibaliknya. Mungkin bisa dimulai dengan penamaannya terlebih dahulu yaitu, mengapa bisa disebut Ce Hun Tiau? Ternyata satu per satu kata dari nama minuman ini memiliki arti sendiri. Menurut Nick Molodysky dalam bukunya Kuliner Khas Tionghoa di Indonesia, ‘Ce’ berarti ubi, sedang ‘Hun’ dan ‘Tiau’ yang berasal dari bahasa Tiouciu yang memiliki arti tepung dan mie panjang. Jika dilafalkan dengan nama panjang secara bahasa Indonesia, arti dari kata Ce Hun Tiau adalah ‘Mie Tepung Singkong Panjang’. 
Jika bingung memilih lapak mana yang harus dikunjungi, kamu bisa singgah ke Ce Hun Tiau milik Atong yang berada tidak jauh dari Gang Waru. Mereka rata-rata mulai jualan dari pukul delapan pagi hingga lima sore. Untuk kisaran harga minuman ini per 2023 sudah dibanderol dengan harga 11 ribu rupiah saja per bungkusnya. Selamat mencicipi atau menjadikan Ce Hun Tiau sebagai salah satu menu minuman segar saat hendak berbuka puasa atau sebagai pelepas dahaga.
|
Cerita Kota
Kembali
