Membicarakan Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring
CERITA KOTA | Kita adalah piring, dan kesedihan itu adalah sisa makanan. Sisa dari sesuatu yang pernah mengenyangkan, memberi makna, lalu pergi meninggalkan bekas. Tidak ada yang salah dengan sisa itu, ia adalah tanda bahwa sesuatu pernah hadir dan mengisi. Namun, agar piring bisa kembali digunakan, sisa itu perlu dibersihkan. Bukan dibuang, namun ditempatkan di tempat yang lebih tepat, untuk suatu saat dikenang kembali, tanpa memengaruhi masa depan. Begitulah kira-kira gambaran yang diberikan Andreas dalam bukunya yang berjudul Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam sekali lihat untuk judul ini. Pria kok berdua? Kenapa harus dengan mencuci piring? Kenapa pula seorang pria mencuci piring. Sebuah refleksi dari pengalamannya sendiri, Andreas yang kehilangan anak pertamanya. Seorang psikiater yang melemparkan semua teori ke luar jendela dan memutuskan untuk mencari makna tentang mengapa ini semua terjadi. Dalam pengalamannya, dia menemukan bahwa duka bisa dilalui dengan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur. Dari pengalaman itulah lahir Tutorial Mencuci Piring yang sederhana, tapi sarat makna: 1. Buang sisa makanan ke tempat sampah. Lepaskan hal-hal yang tak bisa dipertahankan. 2. Bilas piring dengan air mengalir. Bersihkan sisa emosi yang masih menempel, biarkan air mengalir membawa beban ringan. 3. Rendam alat makan dalam air, tambahkan sabun bila ada noda lengket. Hadapi bagian yang paling sulit dan membandel dengan kesabaran. 4. Cuci piring dan alat makan dengan spons, mulai dari yang paling sedikit nodanya. Mulailah dari hal-hal ringan, lalu hadapi perlahan yang berat. 5. Keringkan peralatan makan yang sudah dicuci. Biarkan hati menerima keadaan baru dengan perlahan. 6. Rutin membersihkan spons dan area pencucian. Rawat diri dan lingkungan agar tetap sehat, agar proses penyembuhan berkelanjutan. Dengan cara ini, Andreas menunjukkan bahwa proses berduka bisa hadir dalam kegiatan sederhana sehari-hari. Mencuci piring bukan hanya tentang membersihkan alat makan, tapi juga menata perasaan, menerima kehilangan, dan menyiapkan diri untuk hidup kembali. Buku ini dibahas dalam bedah buku bersama Muthiāah Azmi Nadhiroh yang berlangsung pada Sabtu, 1 November, di Toko Kami, Danau Sentarum. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Toko Kami dan ItssPablos, sebagai bagian dari rangkaian Perayaan Sederhana Toko Kami. Acara tersebut menghadirkan diskusi hangat seputar buku ini, peserta diajak merenungkan bagaimana kegiatan sehari-hari yang sederhana dapat menjadi media penyembuhan diri, menata perasaan, dan menerima kehilangan dengan perlahan. Momen itu menjadi ruang kecil bagi semua yang hadir untuk berbagi, mendengar, dan belajar bahwa duka bisa dilewati, satu piring demi satu piring. (*)
|