Cerita Kota

Sandiwara Suam Ki Arka

14 Mei 2023

1102 views

Kontributor :
Ainun Jamilah
@ainunofficial
Kontributor :
Ainun Jamilah
@ainunofficial

CERITA KOTA - Dalam bahasa Sansekerta, nama panggilanku berarti matahari. Mungkin doa itu pula yang membawaku menjadi seorang dalang. Aku ingin menyebar hangat cerita wayang untuk semua orang.

Perkenalkan, aku Muhammad Arka Frestiko. Siswa kelas satu SMA Bawari Pontianak. Siang aku belajar ilmu pasti, malamnya berseni. Gendang, gamelan, rancak Jawa aku dalami. Kata bapak, dalang yang tak mengerti musik, seperti hidup tanpa petunjuk.

Penasaran itu muncul tiba-tiba di usia 10 tahun. Setiap malam, gending campur sari mengisi telinga. Aku juga membaca cerita Mahabarata. Semua karena melihat bapak yang juga seorang dalang. Aku tumbuh di paguyuban Satrio Wicaksono.

Sekali waktu, aku mengambil wayang dari peti penyimpanan. Walau bapak tak ada di rumah, rasa takut campur aduk untuk mencoba. Gerakannya patah-patah, bukan karena irama gendang, tapi karena aku yang payah. Setelah beberapa kali, aku berpikir, kenapa harus malu jika mendapat respon baik dari bapak?

Sampai akhirnya bulan September 2022 kemarin, penampilan perdanaku di tingkat nasional; Festival Wayang. Walau belum bisa membawa nama Kalimantan Barat, setidaknya ini menjadi langkah besar yang aku banggakan. 

Oh iya, ngomong-ngomong soal wayang, Bima atau Werkudara adalah tokoh favoritku. Sosok yang bijaksana dan inspiratif. Ketika memainkan lakon mereka, rasanya aku masuk ke dalam.

Kini, bersama 30 anggota lainnya di Satrio Wicaksono, aku menjelajahi daerah tetangga seperti Sintang dan Ketapang. Di sekitar Pontianak sendiri, kami biasa manggung di Siantan, Rasau hingga Kampung Arang. Tempat komunitas Jawa tinggal.

Sekali mendalang, main kurang lebih delapan jam. Stamina dan konsentrasi harus dijaga. Tenagaku dan teman-teman pasti tergerus. Akan tetapi entah kekuatan dari mana, kami begitu merasa khusyuk. 

Mimpiku, wayang bukan sekadar dimiliki dan dinikmati orang Jawa. Siapapun bisa menyukai dan terhibur. Karenanya, jika tidak ada halangan, aku ingin lanjut ke Institut Seni Indonesia Surakarta dan mengambil program studi Pedalangan. 

Di panggung, aku dikenal sebagai Ki Arka Wicaksono. Sesekali datang dan duduklah paling depan. Kusajikan tontonan bernapas tuntunan.

Foto: Pontinesia/Asep Sunarya
 




Top