Comblang Dermaga Merintis Peradaban Informasi
Titik kumpul ditentukan: Pelabuhan Seng Hie.
Di sana, perairan mendominasi pemandangan. Bau angin laut melekat di tubuh-tubuh pekerja. Transaksi terjadi seperti berburu ikan di samudera; semakin jauh, semakin besar kemungkinan peruntungan.
Bagi orang Pontianak umumnya, tempat ini juga berarti identitas ekonomi. Apalagi ditambah nama besar pesohor di sana, yang menyambung negeri, merintis peradaban untuk suatu semboyan yang kini masyarakat kenal; Pontianak Kota Perdagangan dan Jasa.
Ia tak hanya lokasi bertemunya pegiat Instagram, pukul enam pagi di hari Sabtu kemarin. Ia pula tak sekadar batas panjang antara daratan dan sungai, antara seberang sini dan sana, antara pedagang dan pembeli. Ia adalah awal mula tersebarnya bekal hidup semua orang.
Dari satu titik kumpul ini, segalanya bermula.
Namun hari itu, pertemuan tak hanya tentang jual dan beli saja. Beberapa sudah mengobrol ringan bersama kerabat dari balik ruko yang mendadak berjualan kopi.
Beberapa lainnya tentang melepas penat bersama orang-orang terkasih sembari melihat megahnya sungai terpanjang di Indonesia. Sepatah dua patah kata disampaikan. Akan ada jeda di tengahnya, yang panjangnya jeda ditentukan jajanan yang dibawa.
Jika pentol kuah, bisa satu sampai dua menit. Jika tahu gejrot, mungkin lima menit. Di sela-sela jeda tersebut, dua orang sedang takut saling mengecewakan.
Pelabuhan Seng Hie juga menjadi saksi atas kelucuan sejenis. Seperti adu jotos dua juru parkir yang sedang berebut uang seribu rupiah, maupun peristiwa manusiawi lainnya.
Dan yang terbaru, pelabuhan yang dibangun awal tahun 1900 itu, menjadi saksi aktivitas pegiat Instagram. Walau tak secara total masuk ke bagian ‘hal lucu’, namun acara yang dibalut dengan sebutan ‘Instameet Pontianak Awal Tahun’ itu menarik. Setidaknya begitu kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono.
“Mereka mengenalkan cara baru memandang sebuah infrastruktur,” sebutnya.
Cara baru memang tidak serta-merta ajakan untuk meninggalkan cara lama. Ia hanya berupaya menyediakan pilihan lain sudut pandang (untuk menatap waterfront dari layar kaca).
Sebagaimana halnya Instagram, platform media sosial yang terbit seperti matahari pagi–dua belas tahun lalu itu–menambah pilihan cara memandang kepada struktur sosial; kepada fasilitas publik; kepada diri seorang manusia.
Berkumpulnya mereka di kawasan Kapoeans Weg tersebut, juga sekaligus merekam cara Instagram memaknai waterfront baru di tepian Sungai Kapuas. Waterfront yang membentang dari Jalan Bardan Nadi sampai titik kumpul–Pelabuhan Seng Hie itu–baru saja setengah diresmikan waktu malam pergantian tahun.
Secara tak langsung, terselenggaranya Instameet kemarin menjodohkan ruang publik terkini dengan semangat community first milik instagramnya Kevin. Kemudian menjodohkan dermaga tertua dengan potensi industri kreatif kebaruan, sampai menjodohkan 50 orang kreator dengan calon pelanggan.
Sudah seabad dermaga tertua tersebut ada, namun misinya masih sama: lambang perniagaan–layaknya impian Instagram sekarang.
“Kita mulai dari pertemuan, kemudian diskusi panjang tentang apa pun,” tutur seorang pegiat Instagram yang hadir.
Seperti Pelabuhan Seng Hie, Instagram menjadi dermaga keluar dan masuknya informasi bagi semua orang. Keduanya adalah titik kumpul–awal mula pembangunan yang berlanjut. Ada yang tersimpan dalam bentuk fisik, ada yang melekat di kepala dengan beragam warna.
Di Pontianak, keduanya bergerak melampaui waktu. Sering tidak disadari, pergerakannya sudah mengubah banyak nasib.
|
|