Cerita Kota

Junaidi Sang Juru Ledak Tepi Kapuas #AmingTheSeries

14 April 2023

300 views

Kontributor :
Gema Mahardika
@gemmahardhika
Kontributor :
Gema Mahardika
@gemmahardhika

Junaidi (50) menunjukkan minuman Kopi Hitam Aming di sela proses pembuatan meriam karbit, Selasa (11/4) malam di Gang Mendawai, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara.

Lebih dari separuh usia Junaidi (50) didedikasikan untuk melestarikan budaya meriam karbit. Ratusan meriam dibuat selama hampir 30 tahun tinggal di Gang Mendawai, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak Tenggara. Bukan cuma urusan fisik, tak jarang ia pula yang melukis hingga mengatur tempo bunyi meriam.

Selasa (11/4) malam itu, ia ditemani sepuluh anak muda untuk memulai karya selanjutnya. Balok-balok berdiameter 80 cm sudah didatangkan dari daerah tetangga. Begitupun rotan-rotan sebagai perekat balok yang sudah dibelah tengahnya. Pengokoh pekik ledak di tepian Kapuas.

Pembuatan satu meriam, makan waktu semalaman. Oleh Junaidi, dan anak-anak muda di sana, tradisi dari Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie itu dimulai usai salat tarawih. Dengan catatan, tidak termasuk proses mendudukkan dan membangunkannya dari dasar Kapuas. Sekadar pembuatan di darat.

Di sela-sela usaha itu, ia teringat masa-masa awal belajar bermain meriam dahulu. Lewat orang tuanya, Junaidi dikenalkan dengan tradisi masyarakat Pontianak. Berbeda dengan sekarang sebetulnya, keberadaan meriam karbit sempat dilarang, karena dianggap menimbulkan kebisingan.

Junaidi bahkan tak lupa, saat pertama kali meriam diizinkan, betapa riang dan senang hatinya.

“Sampai sekarang perasaan itu masih ade. Itulah yang buat saye semangat terus buat meriam,” tuturnya sambil meneguk kopi hitam Aming. Cairan pekat yang kontras dengan warna rambutnya.

Seluruh tenaga dihadirkan. Pikiran, pun juga biaya. Melekat di sana, “semoga selama-lamanya,” katanya. Tanpa sadar, keluhannya pun keluar. Pelan tak seperti gelegar dentuman. Hari raya menjadi hari merayakan ekspresi. Namun, dukungan semesta tak selalu silaturahmi. Misalnya, biaya karbit yang membebek di belakang harga telur.

Akan tetapi, api tetap menyulut tradisi. Di belakangnya; berbaris kumpulan nyali, ambisi dan kopi. Nanti, 180 balok karbit akan berkompetisi mengasah aksi. Rupa sungai mengalirkan air dan keriuhan Idulfitri. Tidak terkecuali dedikasi Junaidi.

Kelompok Meriam Karbit Ambalat Gang Mendawai.

Tindak tanduk menyelami setiap proses sudah terbukti. Anak-anak muda di Gang Mendawai, khususnya kelompok Meriam Karbit Ambalat–nama ruang karya Junaidi–tahu betul bagaimana perjuangannya.

Dan kini, 15 pemuda memilih melanjutkan impian Junaidi. Mereka belajar mencari balok ke tempat jauh, membawanya pulang bersama riuh. Mereka belajar memotong sebagian, membuat lubang, menyimpai--proses merekatkan empat lapis rotan dengan melingkarinya di badan meriam. Mereka belajar mendudukkan (menaikan) satu per satu balok dengan tali, dan menariknya secara bersamaan. Mereka belajar mendekorasi tampilan panggar–panggung tempat mereka bermain. Mereka juga belajar menarikan tinta warna-warni, memberikan nyawa kepada tujuh meriam mimpi.

“Saya berpesan kepada anak-anak muda para pemain meriam karbit di Pontianak, mari kita sama-sama menjaga tradisi ini dengan saling kompak. Semua ini untuk Kota Pontianak, karena ini bagian dari budaya kita. Jangan saling konflik gara-gara ini,” harap Junaidi.

Harapan itu jadi pembakar semangat Kelompok Meriam Karbit Ambalat Gang Mendawai. Sang ketua, Reza Akbar (23) bercerita, biaya yang dikeluarkan untuk festival meriam karbit mencapai Rp30 juta. Mereka sudah bersiap membuat meriam, bahkan sejak sebulan sebelum Ramadan.

“Sekarang kita lagi melilitkan rotan, setelah ini menaikkan meriam ke atas panggar. Kemudian dibersihkan baru dicat. Finalnya adalah bunyian,” tutur Reza.

Modal awal kelompoknya didapat lewat urunan pribadi masing-masing pemain. Sedikit pengorbanan di awal pun, katanya, meski sudah mendapat juara pertama, belum menutupi seluruh biaya. Dukungan memang datang dari perusahaan-perusahaan. Tetapi tak sebesar yang diharapkan, minimal balik modal. Reza berharap, adanya perhatian pemerintah untuk menambah hadiah atau dukungan dana kepada semua kelompok meriam.

“Mengingat ini budaya kita, ini juga yang membuat masyarakat senang saat menyambut Idulfitri,” katanya.

AMING THE SERIES - EPISODE 4
Pontinesia 2023




Top