Cerita Kota

Kulu Kile': Menyusuri Warisan Sungai Kapuas Lewat Seni Interdisipliner

25 Juli 2024

395 views

Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id
Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id

CERITA KOTA | Susur Galur, bekerja sama dengan ruangrupa (Jakarta), mempersembahkan Pameran Kulu Kile' dengan tema Membaca Arus Pinggir yang akan berlangsung dari tanggal 23 Juli hingga 4 Agustus 2024 di Lantai II Pasar Tradisional Purnama, Pontianak Selatan, Kota Pontianak. 

Program ini merupakan bagian dari inisiatif lumbung bersambung yang berfokus pada keberlanjutan ruang-ruang interdisipliner yang diprakarsai secara mandiri.

Gusti Enda, perwakilan kurator, menjelaskan bahwa proyek seni ini bertujuan untuk menciptakan dan memiliki ruang yang responsif terhadap lingkungan sekitar.

“Lumbung ini bertujuan untuk keberlanjutan gagasan, inisiatif, dan sumber daya. Kami ingin memastikan bahwa lumbung tidak hanya sebagai tempat pengambilan tetapi juga sebagai tempat pengisian ulang dan pembaruan sumber daya,” ujar Gusti Enda.

Pameran ini menampilkan karya-karya dari peserta lokakarya praktik spasial Sisir Hilir yang berlangsung pada 4-7 Juni 2024, serta arsip-arsip dari kolaborator seni lintas disiplin di Pontianak.

Lokakarya ini melibatkan riset lapangan di sekitar daerah aliran Sungai Kapuas Jalan Imam Bonjol 2, di mana para peserta memetakan dan mengkritisi kehadiran ruang sosial-ekonomi di atas air melalui proses belajar langsung di lapangan.

“Kami menemukan banyak pengalaman ruang keseharian di sekitar Sungai Kapuas yang sulit dipetakan dalam peta digital. Mulai dari perubahan fisik tepian sungai akibat pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial, hingga kecerdasan warga dalam memanfaatkan ruang-ruang sisa kebijakan pembangunan kota,” tambah Gusti Enda.

Kulu kile (Hulu Hilir) adalah terminologi dari masyarakat Melayu Pontianak yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kapuas, yang menggambarkan pergeseran, pergerakan, dan perpindahan. 

Pameran ini mengajak pengunjung untuk melihat kembali hasil penelitian artistik, produksi pengetahuan, dan pendefinisian peran berkelanjutan terhadap potensi kehadiran ruang sosial-ekonomi di sekitar Sungai Kapuas melalui gagasan artistik.

Melalui aktivasi ruang di atas Pasar Tradisional Purnama, pameran ini diharapkan juga dapat menjadi model produksi ruang yang memanfaatkan sumber daya yang sudah ada serta memperkuat jejaring kerja kolektif yang berkelanjutan.

Gusti Enda menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga menjadi wadah refleksi dan pertukaran sumber daya dalam konteks lokal.

“Kami berharap pameran ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas dan seniman lainnya untuk terus memperkuat praktik-praktik kreatif dalam mengartikulasikan warisan peradaban kota melalui subjek Sungai Kapuas,” pungkasnya. (*)

Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia!




Top