Ruang Dialog BEM SI: Ekspresi Keresahan Anak Muda Terhadap Masa Depan Demokrasi
CERITA KOTA | Kamis malam, ratusan anak muda berkumpul di Rumangsa Kopi. Salah satu coffee shop di Pontianak yang dekat dengan kehidupan mahasiswa tersebut, menjadi saksi digelarnya Ruang Dialog; sebuah agenda yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan. Ruang Dialog membahas tema-tema yang sedang naik daun, diantaranya: Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyiaran, RUU TNI, RUU POLRI, hingga RUU MK. Tiga pemateri ternama di kalangan anak muda hadir menjadi pemantik dialog, mereka adalah Melki Sedek Huang (Ketua BEM Universitas Indonesia 2023 sekaligus Koordinator Nasional Isu Demokrasi dan Kebebasan Sipil BEM SI 2023), Muhammad Rizal Amrullah (Ketua BEM Universitas Muhammadiyah Pontianak 2023, yang juga Koordinator Nasional Isu Masyarakat Adat BEM SI 2024) serta Agim Nastiar (Ketua BEM Politeknik Negeri Pontianak 2024 sekaligus Koordinator Wilayah Kalimantan Barat BEM SI 2024). Melki, Rizal dan Agim dengan dahsyat memantik api semangat anak muda agar tidak apatis dengan kekacauan negeri ini. Ruang ini memang bertujuan untuk mengekspresikan keresahan anak-anak muda terhadap masa depan demokrasi. 
Rizal mengungkapkan bahwa dialog terbuka ini merupakan wadah untuk menyadarkan anak-anak muda dalam menyuarakan hak-hak mereka yang tertindas. “Menyikapi beberapa polemik RUU yang memang terindikasi merusak demokrasi mulai dari RUU Penyiaran, RUU TNI, RUU Polri, RUU MK, sebagai bentuk penindasan baru terhadap rakyat menggunakan sistem autokrasi legalism; bagaimana penguasa melenggangkan kekuasannya dan menormalisasi hal-hal yang tabu. Melalui ruang dialog ini, kami mencoba menggairahkan kembali semangat juang mahasiswa Kalbar dalam menyuarakan hak-hak rakyat.” ungkap Rizal. Selanjutnya, Melki membuka premis pertamanya dengan suara lantang. “Demokrasi menjadi alat satu-satunya bagi anak-anak muda Indonesia untuk memperjuangkan nasibnya. Mari kita bersama bersepakat bahwa politik itu bukan barang elit kawan-kawan, politik itu barang public, punya kita semua. Semuanya bisa menjadi barang politik, jika kita memperjuangkan demokrasi,” ujar Melki penuh semangat. 
Sementara itu, Agim juga turut memberikan pandangannya terhadap antusiasme peserta dalam dialog tersebut. “Pada prinsipnya kita di Kalbar memang kekurangan forum seperti ini. Forum yang memang menyatu dengan gaya anak muda; doyan hangout di coffeeshop”. Ia menjelaskan bahwa dialog publik ini adalah cara untuk menghadirkan ruang diskusi terbuka yang variatif, agar bisa memantik partisipasi anak muda. Ia melanjutkan bahwa kehadiran Melki sebagai aktivis nasional yang berasal dari Pontianak menjadi magnet bagi peserta dalam ruang dialog ini. Salah satu peserta, Asbianto, menyampaikan kesannya. “Antusiasme tinggi peserta dalam ruang dialog membuktikan bahwa mahasiswa masih sangat aktif memberikan respon terhadap isu yang dinilai akan berdampak kurang baik bahkan merugikan masyarakat atau khalayak ramai.” ungkap Asbi menutup diskusi. 
Semoga kedepannya semakin bertumbuh ruang bagi anak muda untuk menyampaikan keresahan dan pendapat solutifnya tentang isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat; Muda Menyala dari Khatulistiwa! (*)
|