Cerita Kota

SBRC IPB University bersama BPDPKS Gaungkan Inovasi Soil Conditioner Berbasis Biochar TKKS

9 Juli 2024

202 views

Kontributor :
Ridho Brilliantoro
@ridhobrilliant
Kontributor :
Ridho Brilliantoro
@ridhobrilliant

CERITA KOTA | IPB University melalui Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant and Bioenergy Research Center / SBRC) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mempublikasikan hasil kajian inovasi Soil Conditioner untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah pada perkebunan sawit. Publikasi tersebut dirangkai dalam sebuah lokakarya (Workshop) Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Pemanfaatannya, di Hotel Mercure Pontianak, Selasa (9/7/2024).

Sebanyak 150 peserta dari berbagai perwakilan stakeholder sawit maupun akademisi, antusias mengikuti workshop yang bertujuan untuk mendorong implementasi proses karbonisasi TKKS yang tepat dan efisien. Materi dari narasumber juga berkaitan dengan informasi tentang karakteristik dan potensi Biochar (Karbon) dari TKKS sebagai Soil Conditioner, manfaat ekonomi, sosial, serta lingkungan terkait pemanfaatan Biochar, serta memberikan gambaran estimasi penurunan emisi CO2 dari pemanfaatan Biochar tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan terkait potensi dan manfaat Biochar, khusunya bagi petani kelapa sawit maupun stakeholder di industri CPO serta masyarakat luas. 

Workshop yang dihelat oleh SBRC IPB University ini merupakan kegiatan tahun kedua, dimana pada tahun sebelumnya telah dilaksanakan rangkaian workshop di 3 kota, yaitu: Pekanbaru, Medan dan Palangkaraya. Pada tahun 2024, Pontianak adalah kota keempat dari total 6 kota dalam pelaksanaan workshop: Palembang (26 Juni), Jambi (2 Juli), Padang (5 Juli), Samarinda (11 Juli) dan Palu (15 Juli). Kegiatan ini disponsori oleh BPDPKS, yang didukung oleh Universitas Tanjungpura sebagai mitra kampus di Pontianak.

Jajaran pejabat Untan turut hadir dalam workshop ini, diantaranya: Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Untan, Dr. rer. nat. Ir. R. M. Rustamaji, M.T. dan Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, MP. IPU (Dekan Fakultas Pertanian Untan, yang juga didaulat menjadi narasumber kegiatan).

Prof. Dr. Erliza Hambali, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan menjelaskan bahwa luas areal perkebunan sawit pada tahun 2022, mencapai 15,38 juta Ha dengan produksi TKKS sekitar 47 juta ton, sehingga diproyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan sekitar 103 juta ton TKKS. Pemanfaatan TKKS oleh pabrik ataupun oleh masyarakat masih sangat terbatas. Secara komersial, saat ini pemanfaatannya adalah untuk kompos, mulsa, dan pengerasan jalan-jalan di perkebunan. Sebagian besar TKKS masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Kondisi TKKS yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi.

Salah satu pemanfaatan TKKS menjadi produk bernilai tambah tinggi adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.

Mengapa efisiensi pemupukan menjadi hal yang penting? Pasalnya, sekitar 80% biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini, hampir 100% pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia sintesis yang memiliki harga tinggi, ketersediaan yang terbatas serta meningkatkan risiko dampak negatif pada kesuburan tanah. 

Bila diasumsikan 1 Ha kebun sawit dengan jumlah tanaman sebanyak 143 pohon/Ha, maka kebutuhan pupuknya sekitar 858 kg/Ha/tahun. Lebih lanjut, bila dihitung dari luas total perkebunan sawit Indonesia, yaitu: 15,38 juta Ha, maka kebutuhan pupuk diperkirakan mencapai 13 juta ton/tahun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya strategis untuk menurunkan biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidayanya semakin efisien.

Menurut Sarwono (2008), dalam setiap ton TKKS mengandung unsur hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3% dan Mg 0,9%. Telah diketahui bahwa N, P, K dan Mg merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit, sehingga pemanfaatan produk berbasis TKKS juga dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sawit.

Penggunaan Biochar hasil proses karbonisasi TKKS sebagai Soil Conditioner memiliki keunggulan, yaitu: menjaga kelestarian kandungan bahan organik dan hara dalam tanah. Dengan adanya usaha pengembalian bahan organik yang berasal dari TKKS ke tanah di lahan perkebunan sawit, akan mempengaruhi populasi mikroba tanah secara langsung, yang akan berdampak dalam jangka panjang meningkatnya kesehatan, kesuburan dan kualitas tanah. 

Kegiatan pemanfaatan Biochar dari TKKS ini memiliki siklus yang sangat baik dimana produk Ameliorant yang digunakan berasal dari sawit dan akan kembali ke lahan untuk perkebunan sawit. Selain itu, berpotensi pula untuk menurunkan emisi CO2 melalui efisiensi penggunaan pupuk kimia dengan Biochar. Kedepannya terbuka peluang untuk mendapatkan Carbon Credit melalui Carbon Trading yang sekarang menjadi tren.

Proses karbonisasi TKKS (dengan kadar air dibawah 15%) menggunakan teknologi karbonisasi yang tepat, hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit, dengan rendemen Biochar sekitar 30% serta hasil samping berupa Liquid Smoke (Asap Cair) sekitar 6% dan tar sekitar 3%. Asap cair tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengawet ikan, produksi ikan asap, bio-desinfektan terutama untuk pengurang bau dan pengusir lalat pada peternakan unggas seperti ayam dan puyuh, bahan baku flavour barbeque dan lain sebagainya. Sementara itu, Tar yang dihasilkan dapat digunakan untuk bahan bakar ramah lingkungan.

Bila semua biomass TKKS di Indonesia (47,21 juta ton dengan kadar air 65% atau setara dengan 11 juta ton TKKS dengan kadar air 15%) dikarbonisasi dengan teknologi yang tepat, maka akan dihasilkan sekitar 3,2 juta ton Biochar TKKS. Produk ini dapat digunakan sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia sintesis di perkebunan sawit sejumlah 483.000 Ha per tahun (asumsi pemberian biochar sebesar 2,9 ton/Ha kebun sawit per 5 tahun).

Sehingga, dalam 5 tahun berpotensi dilakukan pemberian Biochar pada lahan perkebunan sawit seluas 2,4 juta Ha. Berdasarkan hasil analisis dari PT BGA, penggunaan Biochar TKKS dapat mengurangi jumlah pupuk NPK yang digunakan sebesar 20%. Hal ini tentu berdampak baik pada efisiensi biaya pemupukan, hingga menjadi solusi strategis terhadap masalah kelangkaan pupuk yang sering dihadapi oleh petani sawit, terutama petani swadaya. (*)




Top