Urbanisme Warga, Mendayagunakan Kreativitas Membangun Pontianak
23 November 2015

Gambar: Parklife Pontianak Creative Space - Sumber: instagram.com
Setiap warga kota berhak mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang kotanya. Kelestarian dan masa depan kota-kota tergantung pada kemampuan kota menyerap dan
mendayagunakan kehendak, kreativitas dan kontribusi tiap-tiap warganya. Hal inilah yang mendasari suatu Lembaga NGO Jakarta, Rujak Center
for Urban Studies (RCUS) untuk menginisiasi Program Urbanisme Warga (Citizen Urbanism). RCUS sendiri awalanya membahas masalah isu perubahan iklim dan bencana
ekologis. Kemudian berfokus pada solusi masalah perkotaan yang sebenarnya merupakan sumber dari isu masalah yang lebih besar seperti perubahan iklim dan bencana alam tersebut.
Program Urbanisme Warga (Citizen Urbanism) adalah program 30 bulan, di 8 (delapan) kota terpilih, mendorong produksi bersama pengetahuan perkotaan setempat dan
memanfaatkannya bagi perubahan kebijakan perkotaan ke arah yang lebih baik. Tahap awal dari program ini menyeleksi proposal yang sudah masuk dari berbagai organisasi atau komunitas di Indonesia selama bulan April - Juni 2015. Dari seleksi tersebut terpilih 8 kota yang akan terlibat dalam rangkaian kegiatan Urbanisme Warga yang akan berlangsung dalam jangka waktu 27 bulan ke depan. Berikut daftarnya:
Banda Aceh - International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS)
Bandung - GreS - Institute for Social and Environmental Justice
Bogor - Kampoeng Bogor
Pontianak - Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional (LPS-AIR)
Semarang - Pekakota (Hysteria)
Surabaya - C2O Library and Collabtive
Surakarta - Kampungnesia
Tangerang Selatan - LabTanya & DAG
Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah mengadakan workshop nasional di kota-kota yang yang telah terpilih dari seleksi proposal tersebut. Pontianak sebagai kota
terpilih berkesempatan mengadakan Workshop Nasional tersebut pada tanggal 20-22 November 2015 lalu. Berbagai kegiatan dilaksanakan pada acara workshop Nasional ini
seperti Presentasi program Urbanisme Warga di 8 Kota Besar di Indonesia, kunjungan ke komunitas-komunitas, kunjungan ke Pemerintah Kota Pontianak, Parit dan Sungai
Tour, Workshop, Dialog dengan warga, refleksi, TOT Pengelolaan Sampah.
Pontinesia berkesempatan hadir pada acara Presentasi Program Urbanisme Warga yang diselenggarakan di Hotel Orchadz Pontianak. Para peserta masing-masing berbagi pengalamannya
tentang gerakan-gerakan yang di lakukannya di kota masing-masing. Dari presentasi tersebut, sharing ilmu tentang pendekatan dan kegiatan yang telah dilakukan di berbagai kota
dapat diterapkan pula di kota lainnya sesuai dengan karakteristik masyarakatnya.

Dari Banda Aceh yang diwakili oleh ICAIOS menyampaikan tentang program mereka membangun Banda Aceh, terutama pasca tsunami, dengan melakukan pendekatan melalui poros
kampus di kota tersebut. Beberapa program mereka yang telah sukses dan sedang berjalan diantaranya Aceh Belajar, Aceh Bangun Lestari, Gampoeng Smart, Gampoeng Tanpa
Sampah, dan masih banyak lagi. Kemudian dari Surakarta-Solo, mempresentasikan tentang Dokumentasi Sungai & Kampung Kota. Hampir sama seperti yang yang dilakukan di
Aceh, pendekatan yang dilakukan disini lewat kampus terutama mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Jurusan Sosiologi. Sebagai tugas mata kuliah yang diambil, mahasiswa
mencoba mendokumentasikan dari sisi ilmu mereka masing-masing tentang kehidupan di sekitar Sungai Bengawan Solo. Harapannya, agar kehidupan kampung di sekitar sungai
tersebut yang merupakan peradaban masa lalu di Kota Solo menjadi dasar perkembangan kota di masa kini dan kedepan nantinya.
Kota Semarang menggunakan pendekatan dan kegiatan lewat bidang kesenian. Digagas oleh Hysteria yang merupakan laboratorium
komunitas bergerak dalam pemberdayaan anak muda berbasis kolektivitas serta mempunyai perhatian besar pada isu seni dan kota. Mereka membidani lahirnya 'Unidentified
Group Discussion' yang pada akhirnya bertransformasi menjadi platform 'Peka Kota' yang pada program awalnya fokus pada isu kampung. Petakota sendiri merupakan kegiatan memetakan aspirasi dari warga ke dalam peta. Saat ini juga telah dibuat pemetaan dalam bentuk digital yaitu petasmg.com
Beberapa kota lainnya juga mengangkat isu yang tak kalah menarik seperti Tangerang Selatan yang fokus pada pengelolaan sampah. Kampung Bogor yang berusaha melestarikan
nilai-nilai pusaka (heritage) kota sebagai pedoman perkembangan kota yang lebih baik. Surabaya yang diwakili C2O library berusaha memperbanyak tempat yang dapat
digunakan sebagai perpustakaan, coworking space, dan kegiatan positif lainnya. Bandung yang mencoba menagkap isu atau dampak negatif yang dihasilkan dari pembangungn
kota yang sudah overload.
Dari Kota Pontianak sendiri mencoba mengangkat program 1000 parit sebagai identitas kota. Perwakilan dari Pontianak yang digagas oleh LPS-AIR menganggap Kota Pontianak pernah memilik identintas kotanya, yaitu Kota Seribu Parit namun seriring proses pembangunan parit-parit tersebut seperti terlupakn. Padahal parit-parit tersebut sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, karena parit selain sebagai tempat mandi, parit juga digunakan sebagai transportasi warga. untuk itu perlu
digalakan kembali kesadaran masyarakat akan pengelolaan parit-parit yang ada di Kota Pontianak ini.
Baca Juga : Pontianak, Kota 1000 Parit
Program Urbanisme Warga dan beberapa organisasi/komunitas yang terlibat didalamnya sangat menekankan pendekatan kepada warga dalam melaksanakan kegiatannya. Peranan-
peranan warga dalam pembangunan kota sangat penting, karena kalau hanya mengharapkan pada pemerintah, pemerintah mempunyai keterbatasan-keterbasan seperti anggaran,
bugeting dan lain-lain. Selain itu, dengan melibatkan warga maka rasa memiliki dan peduli warga terhadap kotanya akan semakin baik.
|
|