Film Jumbo: Refleksi Kepemimpinan dan Penerimaan Diri ala Generasi Muda Bersama AIESEC
LOCAL CREATORS | Jumbo, film animasi karya anak bangsa terbaru, hadir sebagai oase emosional yang membangkitkan semangat dan refleksi diri. Mengangkat kisah seorang anak bernama Don, Jumbo bukan sekadar hiburan visual yang menyenangkan, melainkan juga sebuah narasi mendalam tentang pencarian jati diri, penerimaan atas ketidaksempurnaan, dan keberanian untuk melangkah meski dunia meragukan. Don adalah cerminan banyak pemuda hari ini—berjuang untuk dipahami, mencoba bangkit di tengah rasa tidak percaya diri, dan berharap bisa diterima tanpa kehilangan jati dirinya. Namun alih-alih menyerah, ia memilih untuk terus melangkah. Dalam satu momen paling kuat dalam film, ia berkata: “Kalau aku menyerah sekarang, aku nggak akan tahu sampai mana aku bisa melangkah.”
Kutipan sederhana ini membuat daya dorong luar biasa: keberanian untuk melanjutkan proses, meskipun penuh ketidakpastian. Di sinilah Jumbo menemukan resonansinya dengan Leadership Development Model (LDM) milik AIESEC, yang memandang kepemimpinan bukan sebagai jabatan atau posisi, melainkan sebagai perjalanan sadar untuk mengenal diri, mengatasi ketakutan, dan memberi dampak. AIESEC, sebagai organisasi kepemudaan global, memahami bahwa kepemimpinan sejati bukan dimulai dari ruang rapat atau panggung besar, tapi dari kesediaan untuk menghadapi ketidaksempurnaan dan ketidakpastian dengan kepala tegak. Self-awareness dan solution-oriented thinking adalah dua nilai fundamental dalam LDM AIESEC, dan keduanya tergambar jelas dalam perjalanan Don. Ia sadar akan kelemahan dan ketakutannya, namun tidak menjadikannya alasan untuk berhenti sebaliknya, ia menjadikannya titik tolak untuk tumbuh. Lebih dalam lagi, Jumbo juga menyoroti bagaimana kepemimpinan sejati tidak pernah berhenti pada pengembangan diri semata. Di tengah perjuangannya, Don tanpa sadar menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Ia menyalakan kembali semangat yang sempat padam, membangkitkan keyakinan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi jika kita mau terus berjalan. Ini sejalan dengan nilai empowering others dalam model kepemimpinan AIESEC: bahwa pemimpin yang utuh bukan hanya yang berkembang secara pribadi, tetapi juga yang mampu membuka jalan bagi orang lain untuk tumbuh bersama. Cerita Don bukan hanya dongeng animasi anak-anak. Ia adalah metafora dari perjalanan yang sedang (atau akan) dilalui banyak pemuda di dunia nyata. Ketika mimpi terasa terlalu jauh, ketika dukungan terasa terlalu sedikit, ketika suara-suara sumbang terdengar lebih lantang dari suara hati sendiri di situlah keputusan penting lahir: menyerah, atau terus melangkah. AIESEC in Untan percaya bahwa setiap pemuda memiliki “Don” di dalam dirinya. Bahwa proses menjadi pemimpin dimulai dari langkah kecil yang berani. Dari keberanian untuk mengakui rasa takut, dari kemauan untuk belajar dari setiap kegagalan, dan dari niat tulus untuk berbagi semangat dengan sekitar. Film seperti Jumbo bukan hanya inspirasi—ia adalah pengingat bahwa setiap perjalanan besar dimulai dari keberanian kecil untuk mempercayai diri sendiri. AIESEC in Untan mengajak generasi muda untuk berhenti menunggu hingga merasa “siap” untuk memimpin. Karena sejatinya, kepemimpinan bukanlah tentang kesiapan yang sempurna, melainkan tentang keberanian untuk memulai dan kesediaan untuk terus bertumbuh. Seperti Don, setiap pemuda Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk melangkah, bangkit dari tantangan, dan menciptakan dampak baik bagi diri sendiri, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Kini saatnya mengambil peran. Karena dunia tidak menunggu mereka yang sempurna, tetapi mereka yang berani mencoba. (*) Penulis: Chintya Joan Riby Cantika Dewi Team Leader of Public & Media Relations AIESEC in Untan
|