Cerita Kota

Belajar Berani Lewat Bahasa Ibu

16 Oktober 2025

74 views

Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a
Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a

CERITA KOTA | Di antara riuh tawa anak-anak dan lantunan bahasa daerah yang memenuhi ruang Hotel Orchard Gajahmada, Pontianak, Kamis (16/10/2025), seorang guru duduk tenang di sudut ruangan. Tatapannya penuh harap ketika melihat murid-muridnya naik ke panggung, tangan kecil yang gemetar mulai berani bercerita, suara yang semula pelan kini terdengar lantang menyebut kata demi kata dalam bahasa Melayu. 

Di sanalah, bagi Khairunnisa, semua lelahnya terbayar.

Guru dari SDIT Anak Saleh, Kabupaten Mempawah ini datang sebagai pendamping lomba, juga sebagai penanam keyakinan. Tahun ini, Mempawah untuk ikut serta dalam Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat. 

Ia beserta guru-guru lain dari SD yang sama membawa lima anak didik, satu peserta mendongeng, dua melucu, dan dua menulis cerita pendek, hasil seleksi dari sekolahnya.

Bagi Khairunnisa, tantangan utama bukanlah soal materi lomba, tetapi keberanian. 

“Anak-anak ini kadang merasa kecil karena harus bersaing dengan peserta dari kota,” ujarnya pelan. 

Maka sebelum bicara tentang teks dan naskah, ia lebih dulu mengajarkan rasa percaya diri melalui permainan, latihan kecil di depan teman-teman, dan kalimat sederhana yang ia ulang setiap hari, 

"Kamu bisa, kamu pantas berdiri di sana."

Hasilnya terlihat di hari perlombaan. Anak-anak Mempawah tampil dengan senyum yang tak lagi gugup. Mereka tidak hanya membawa cerita, tetapi juga membawa semangat daerahnya. 

“Yang penting mereka berani dulu. Dari situ, bahasa dan cerita akan mengalir sendiri,” kata Khairunnisa.

Festival Tunas Bahasa Ibu tahun ini mempertemukan tiga kabupaten, yaitu  Pontianak, Kubu Raya, dan Mempawah dalam berbagai lomba seperti mendongeng, menulis cerpen, melucu, bepantun, dan tundang. Kegiatan ini menjadi ruang bagi anak-anak untuk mengenal bahasa ibunya bukan sekadar sebagai pelajaran sekolah, tetapi sebagai warisan yang hidup di tengah mereka.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, Uniawati, dalam sambutannya menegaskan, "Upaya pelestarian bahasa tidak cukup hanya diucapkan, tapi harus diwujudkan melalui kegiatan seperti ini. Anak-anak kita perlu tahu bahwa bahasa daerah adalah bagian dari jati diri yang harus dijaga,” ujarnya dalam sambutan.

Dan siang itu, di panggung kecil penuh cahaya, keberanian anak-anak Mempawah menjadi bukti bahwa menjaga bahasa daerah juga berarti menumbuhkan keyakinan, bahwa setiap tutur punya tempat, setiap anak punya suara. (*)




Top