Suarakan Isu Masyarakat Adat, King of Borneo Rilis Single Baru Kolaborasi Bersama Tuan Tigabelas
5 November 2024 |
745 views |
CERITA KOTA | Musik bukan hanya tentang menciptakan karya dan merilisnya, tetapi juga memiliki kemampuan untuk membawa manusia mendekat pada hal-hal tak terduga. Lewat musik, siapa saja dapat terhubung dengan impian dan tujuan hidup mereka. Semangat ini yang ingin dibagikan oleh band King of Borneo dalam setiap karya. Lewat percakapan bersama gitaris, Aday, cerita tentang single terbaru mereka terurai. Band dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ini akan merilis single terbaru mereka berjudul Suar yang mengangkat isu masyarakat adat. Kali ini ada nuansa baru yang dihadirkan KoB dalam karyanya, yaitu kolaborasi bersama Tuan Tigabelas yang khas dengan gaya rap-nya. “Secara musikal, lagu ini terasa lebih kaya dan memiliki kedalaman eksplorasi yang belum pernah ada sebelumnya,” kata Aday. Dia juga membocorkan bahwa dari segi lirik, ada tambahan kutipan dari Apai Janggut yang memberikan nuansa filosofis dan autentik. “Masyarakat adat selalu jadi inspirasi kami, baik itu keindahan yang mereka rawat maupun gejolak yang mereka hadapi. Banyak kejadian masyarakat adat yang kehilangan ruang hidupnya karena kebijakan yang berpihak pada perusahaan. Itu tidak hanya berdampak pada masyarakat namun juga habitat makhluk hidup yang lain. Kami ingin menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan dan kehidupan yang seimbang,” tutur Aday. Kolaborasi antara King of Borneo dan Tuan Tigabelas ini jadi pemantik semangat bagi seniman kota kecil lainnya. Dengan isu jarak dan ketimpangan fasilitas berkesenian antara Kalimantan Barat dan Jakarta Barat, KoB dan Tuan Tigabelas tetap bisa berkarya bersama. “Di era sekarang, semua orang bisa berkarya di mana saja, kapan saja. Kami sendiri benar-benar memulai dari "dapur" — bukan dapur rekaman, tetapi dapur rumah teman yang kami jadikan tempat merekam vokal,” Kenang Aday yang bertanggung jawab atas komposisi, mulai dari lirik hingga aransemen lagu Suar. Aday menegaskan bahwa dengan fasilitas yang terbatas, mereka tetap bisa menciptakan karya yang bermakna. Baginya karya kolaborasi bersama Tuan Tigabelas ini adalah wujud manifestasi yang sudah lama dia harapkan. “Dulu lagu-lagu Tuan Tigabelas dan Pangalo menemani perjalanan saya dan kawan-kawan menyusuri berbagai remot area di Kapuas Hulu, sekarang kami berkolaborasi dengan Tuan Tigabelas, ada rap di musik kami,” katanya. “Saya merasa sangat bersyukur. Selain karena saya memang penggemar karya Tuan Tigabelas, kolaborasi ini juga membawa tantangan baru bagi saya, yang biasanya jarang mengerjakan musik hip-hop. Saya merasa terhubung secara musikal dan pengetahuan, dan bisa belajar banyak hal baru. Kebetulan, saya sudah memiliki draft lagu yang belum selesai dan mencari arah yang tepat. Saat kolaborasi ini muncul, proses kreatif seperti diberi jalan,” tambahnya. Proses kreatif yang mereka lalui tak terlepas dari dukungan Yayasan Madani Berkelanjutan yang menjadi penghubung Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dengan Jakarta Barat. Aday menceritakan bagaimana Madani memfasilitasi pertemuan daring agar kolaborasi ini terwujud. “Diskusi dan proses kreatif kami lakukan di kota masing-masing. Kami di Kapuas Hulu, sementara Tuan Tigabelas di Jakarta. Saya mengaransemen dan merekam bersama teman-teman King of Borneo, lalu hasilnya kami kirim ke Tuan Tigabelas untuk mengisi bagiannya. Setelah itu, kami berkoordinasi melalui WhatsApp dan telepon untuk memperlancar prosesnya,” terangnya. Proses yang penuh tantangan tak membuat semangat KoB untuk melibatkan musisi besar dalam karya mereka. Semangat itu ingin selalu mereka jaga dan rayakan bersama dengan masyarakat adat, oleh karena itu untuk kali pertama lagu Suar akan didendangkan oleh King of Borneo dan Tuan Tigabelas di Rumah Panjai Sungai Utik, di hadapan masyarakat Dayak Iban yang sudah berhasil memperjuangkan hak kelola hutan adat mereka. Pertunjukan musik ini dikemas dengan tajuk Berdendang di Betang yang akan dilaksanakan pada Selasa malam, 05 November 2024. “Suar terlahir dan terinsipirasi dari perjuangan masyarakat adat untuk mendapatkan hak-haknya. Oleh karena itu, kami akan mencoba membawakannya untuk kali perdana bersama dan di depan masyarakat adat,” katanya. (rilis) 
Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia! Foto: Kemenparekraf Nonton anime sub indo di sini
|