Cerita Kota

Mengenal Varla R. Dhewiyanty, Penulis Kalbar Emerging Writers MIWF 2024

16 April 2024

366 views

Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id
Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id

CERITA KOTA | Varla R. Dhewiyanty, penulis asal Kalimantan Barat terpilih menjadi satu dari tujuh emerging writers Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024. Perempuan yang kerap mengangkat isu kesehatan mental dalam cerita-ceritanya ini akan mendapatkan panggung lebih luas untuk karyanya.

MIWF merupakan festival penulis internasional pertama dan satu-satunya di Indonesia Timur. Diselenggarakan Rumata’ Artspace sejak 2011, perayaan ini pernah meraih festival sastra terbaik tahun 2020 dari London Book Fair. Di tahun 2024, hajatan akan digelar 23-26 Mei 2024 dengan tema m/othering.

Kepada Pontinesia, Varla bercerita telah menulis sejak kecil. Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama. Namun ia pun sempat berjarak dengan dunia tulis-menulis, meski cerpen pertamanya, Awan Kelinci, terbit di Majalah Bobo.

“Cerpen itu saya tulis ketika duduk di kelas 3 SMP sekitar tahun 2004, namun baru dimuat setahun kemudian ketika saya duduk di kelas 1 SMA,” cerita pemilik akun Instagram @variteracy ini.  

Awan Kelinci bercerita tentang kekesalan seseorang anak perempuan karena ibunya mengangkat korban banjir sebagai anak. Tetapi akhirnya ia sayang juga pada adik barunya itu. Cerita sederhana yang diketik dengan komputer jadul kakaknya dan dikirim via pos. Cerita yang bikin hatinya buncah ketika majalah anak-anak kelas satu itu menerbitkannya.

“Saking senangnya, honornya saya belikan nasi goreng untuk disantap bersama keluarga saya,” katanya.

Itu masa-masa yang menyenangkan baginya. Saat kegemaran membaca, menulis dan kesibukan lain, tidak saling balap di sirkuit prioritas. Berbeda ketika masuk sekolah menengah atas dan kuliah, yang membuatnya merasa duduk di balik setir mobil F1.

Apalagi, ia kuliah jurusan biologi murni. Daftar jadwal praktikumnya melebihi tumpukan buku yang ingin dibaca. Namun—meminjam judul novel Eka Kurniawan, seperti dendam rindu harus dibayar tuntas. Kelar S1 ia pulang rumah, dari sains kembali ke sastra.

Kepulangannya turut membawa kesadaran, bahwa ia tertinggal. Ia pun ikut kelas menulis untuk memperdalam teknik, dan mulai mengirimkan naskah ke berbagai media. Salah satu artikelnya tentang pengalaman berkunjung ke Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu dimuat Majalah Femina.

Dari sana, semangatnya jadi penulis lepas tumbuh. Mempelajari pola, dan menulis dengan gaya apa saja. Sayang di tahun 2017, keluarganya mendapat musibah yang membuatnya harus hiatus.

“Sekitar tiga tahun berikutnya, mental saya benar-benar diuji dan dibuat drop oleh cobaan yang saya alami. Di saat itulah saya mempelajari topik-topik mengenai kesehatan mental,” ceritanya.

Dalam prosesnya, ia menyadari kesehatan mental adalah isu penting yang sering diremehkan.

“Saya pernah membaca bahwa sesungguhnya aspek kesehatan fisik dan kesehatan mental seorang manusia sangatlah terkait. Keduanya saling mendukung satu sama lain. Oleh karenanya, harus kita beri perhatian yang adil dan seimbang,” katanya.

Ketika mulai menulis kembali di tahun 2020, ia memutuskan bersuara perihal kesehatan mental. Baik dalam fiksi maupun nonfiksi. Setahun berselang, cerpennya berjudul Timi Mengenakan Senyum masuk 10 besar pemenang Sayembara Cerita Kesehatan Mental “Nuraga” yang diadakan Penerbit Sekala Kecil.

Dalam cerpen di atas, Varla mengangkat topik depresi dan menyampaikan sedikit protes terhadap maskulinitas toksik yang sering terjadi di masyarakat. Cerpen lainnya, Rumah dengan Telinga, yang bercerita tentang trauma lintas generasi dan kompleksitas hubungan seorang ibu dan putrinya, dimuat dalam Antologi Bersama “Rahasia Keluarga” Vol.2 - Okky Madasari dan Alumni OM Institute yang diterbitkan oleh Penerbit Omongomong Media.

“Sastra merupakan salah satu sarana yang efektif untuk memahami isu kesehatan mental dan mengurangi stigma yang masih berakar,” katanya.

Ia memanfaatkan fungsi sastra sebagai media perantara pesan atau kejadian, tanpa harus mengalaminya langsung. Tulisan yang baik, akan membuat pembacanya hidup di dalam cerita tersebut.

Karya lain yang juga mengangkat tema sama berjudul Pernikahan, Pasta Gigi, dan Kalimat-Kalimat Panjang yang Memusingkan. Cerpen ini jadi salah satu yang dikirimkannya untuk seleksi emerging writers Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024.

Dalam proses penulisan karya sastra, ia membaca karya penulis luar dan dalam negeri. Ia suka Nadira karya Leila S. Chudori, juga karya-karya Okky Madasari, Faisal Oddang, dan Linda Christanty. Sedangkan untuk karya luar, salah satu favoritnya adalah Lizard, kumpulan cerita Banana Yoshimoto. Ia pun pembaca tekun Sylvia Plath, Jodi Picoult, dan Celeste Ng.

Kini, Varla tengah berikhtiar merampungkan naskah buku. Kumpulan cerpen perdananya, yang digarap sejak beberapa waktu lalu.

“Saat ini progresnya baru berkisar sekitar 60 persen. Semoga Tuhan memudahkan,” katanya. (*)

Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia!

Foto: Dokumentasi MIWF 2023




Top