Asal Mula KKN Mahasiswa dan Cerita dari Barat Kalimantan
CERITA KOTA | Rombongan manusia berjaket almamater mulai memenuhi desa-desa yang terkadang tak kasat mata. Mereka yang digadang sebagai pembawa perubahan, telah diturunkan ke masyarakat. Belum selamanya, namun diharapkan untuk mendatangkan kebaikan jangka panjang bagi setiap pihak yang terlibat. Mereka masih mahasiswa, yang kini tampak lebih bebas karena tak lagi terpaku dengan papan tulis di ruang kelas. Namun, justru kebebasan inilah yang akan mengajarkan mereka akan pentingnya berpikir kritis dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Programnya dikenal dengan banyak nama, mulai dari Kuliah Kerja Nyata (KKN), Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Kuliah Kerja Sosial (KKS), Kuliah Kerja Usaha (KKU) dan sebagainya. Memiliki banyak nama tidak mengubah tujuannya, yakni “mengabdi kepada masyarakat untuk membawa perubahan”. Tak peduli kecil atau besar dampak yang dihasilkan, mahasiswa-mahasiswa ini dituntut untuk mampu menerka dan memahami apa yang terjadi dan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Awalnya diperkenalkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan nama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) pada tahun 1951. Dibentuk dengan tujuan untuk mengerahkan tenaga pengajar tambahan ke daerah yang kekurangan guru, serta membantu masyarakat dalam pembangunan infrastruktur dan edukasi kesehatan. Kemudian di tahun 1972, PTM berganti nama menjadi Kuliah Kerja Nyata (KKN) seperti yang kita kenal saat ini. Dalam kurun waktu kurang lebih 8 tahun, KKN resmi diwajibkan oleh UGM sebagai program wajib bagi seluruh mahasiswanya. Setiap tahunnya KKN juga terus dikembangkan dan mulai diwajibkan pada kampus-kampus di Indonesia. Kini, dengan isu yang semakin beragam di masyarakat, kedatangan mahasiswa KKN terkadang menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak warga. Mereka yang mengabdi di bagian barat Borneo Ribuan mahasiswa di Kalimantan Barat mengembara saat ini. Sembari membawa nama kampus, mereka memperkenalkan nama dan wajah ke orang-orang baru yang mungkin tak mengemban pendidikan yang tinggi, yang masih percaya bahwa masih ada harapan bagi mereka yang bukan bagian dari penghuni kota metropolitan. Nilai yang sempurna tak lagi menjadi tujuan utama yang dikejar. Kini, setiap mahasiswa mulai memperebutkan hati para warga tempat mereka mengabdi. Namun, kemanakah mereka melangkah saat ini? Beberapa kampus ternama di Kalimantan Barat menyebar mahasiswanya untuk mendatangi dan berkontribusi untuk suatu desa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura mengirim setidaknya 717 mahasiswa ke dua Kabupaten, yakni Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya dengan nama program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM). Tersebar ke 45 Desa, setiap kelompok yang mayoritas beranggotakan 15 orang ini akan berkelana mulai dari 20 Juli - 20 Agustus 2025, membawa misi untuk menjadi agen perubahan di masyarakat. Universitas Muhammadiyah Pontianak dan Universitas Muhammadiyah Pontianak Kampus Sintang sama-sama menurunkan mahasiswanya untuk mengabdi mulai dari 23 Juli - 29 Agustus 2025. Selama lebih dari sebulan, para mahasiswa tersebut akan mengikuti program Kuliah Kerja Usaha (KKU) dan Problem Based Learning (PBL). Terdiri dari 10 anggota per kelompoknya, mereka akan mengembara di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Sintang. Institut Agama Islam Negeri Pontianak juga menurunkan mahasiswa dari berbagai fakultas dan program studi. Mahasiswa-mahasiswa ini disebar ke Kabupaten Kubu Raya, dengan total 50 kelompok yang mengabdi di 50 Desa yang berbeda. Program dengan nama Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Juli - 1 September. Dalam rentang waktu kurang lebih 40 hari, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar membuat acara dan membangun sesuatu untuk desa, namun juga turut andil dalam mengajar anak-anak di Desa yang mereka arungi. Dalam Waktu dekat, Universitas Panca Bhakti juga akan menurunkan mahasiswanya untuk mengabdi dalam program KKN. 17 kelompok akan dikirim ke Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah, yang tentunya tersebar ke 17 desa yang berbeda. 324 Mahasiswa dari berbagai fakultas tergabung dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 19-20 orang. “Sementara, namun bermakna selamanya.” Dapat dibilang kalimat inilah yang paling tepat untuk menggambarkan apa itu KKN dan untuk apa KKN dilaksanakan. Program yang biasanya hanya muncul beberapa kali dalam setahun ini, bercita untuk membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Jangka waktu 30 hari yang mungkin berat bagi para mahasiswa, bisa berubah jadi momen paling berharga bagi orang di daerah-daerah kecil seperti desa. Pengabdian-pengabdian yang saat ini sedang ataupun sudah terlaksana adalah salah satu wujud perjuangan generasi muda dalam membangun negara ke arah yang lebih baik lagi. (*) Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia! Foto: @sokyuraeychen
|