Cerita Kota

Koffiestelsel: Bukan Coffee Shop Pertama (di Pontianak)

10 Maret 2023

46 views

Kontributor :
Gema Mahardika
@gemmahardhika
Kontributor :
Gema Mahardika
@gemmahardhika

Seri Pontianak New Wave Coffee
| Hafidh Ravy Pramanda
Bisa dibilang Koffiestelsel adalah salah satu pelaku pertama yang memasyarakatkan kopi ‘modern’ yang bisa didapatkan di tepi jalan di Pontianak.
Pada awal tahun Koffiestelsel buka, tepatnya 2014, untuk mencoba kopi dengan kategori specialty atau artisan sukar didapatkan. Bersyukurlah saat ini membeli kopi spesial bisa dilakukan semudah belanja ke toko kelontong di dekat rumah saat kita kecil dulu.
Koffiestelsel sudah empat kali pindah tempat. Tempat pertamanya ialah di Jalan Putri Candramidi atau Podomoro, buka pertama kali 1 Juni 2014. Selanjutnya mereka pindah ke Jalan Dr Sutomo, kemudian ke Museum di Jalan Ahmad Yani, hingga akhirnya sekarang pindah ke sebuah rumah cukup besar di Jalan Pangeran Natakusuma Gang Delima No 9 A.
“Kalau dibilang yang pertama (coffee shop) itu bukan, karena ada Granma Kopitiam (sekarang La Gramma) dan Sierra Book di Singkawang yang saat itu aku kunjungi tahun 2013. Mereka jual kopi dengan menu ala Italia tapi dengan konsep kedai kopi tepi jalan. Kopi dengan menu ala italia saat itu kalau pengen mudahnya cuman bisa ditemui di hotel-hotel atau di mall,” tutur Wildan Fadhilah, salah satu pendiri Koffiestelsel.
Pernyataan Wildan meluruskan fakta yang beberapa kali beredar di telinga saya kalau Koffiestelsel adalah coffee shop modern tepi jalan pertama di Pontianak. Namun, meminjam istilah Wildan sendiri, Koffiestelsel berhasil merintis ‘New Wave Coffee Shop’ di Pontianak, di saat kota ini telah lebih dulu punya budaya kopi tradisionalnya sendiri.
Ia kemudian bercerita saat awal sekali Koffiestelsel buka, kedai kopi ini memberanikan diri menjual kopi dengan varietas beans berbeda. Disaat warung kopi dan hotel-hotel menggunakan beans Robusta, Koffiestelsel menggunakan beans Arabica.
Stelsel sendiri pada awalnya tidak dirancang untuk menjual kopi. Wildan dan empat pendiri kedai kopi ini malah berencana membuka beerhouse. Namun izin berkata lain, akhirnya mereka memilih untuk membuka kedai kopi yang tahun ini usianya menginjak 9 tahun.
Formula awal yang digunakan Koffiestelsel untuk menarik pengunjung adalah dengan merancang tempat yang photogenic. Kebetulan pada saat itu, sulit menemukan tempat serupa di Pontianak, khususnya di tepi jalan. Ide-ide mereka dalam merancang Koffiestelsel didapatkan dari kunjungan mereka ke coffee shop yang ada di Bandung. Wildan menuturkan, saat itu Bandung adalah kebalikan dari Pontianak.
“Kalau Pontianak mungkin sangat mudah buat nemuin kedai kopi tradisional, Bandung malah kedai kopi modern yang banyak pada saat itu,” ujarnya.
Berkaca pada situasi itulah, Wildan bersama empat orang sahabatnya, memutuskan menggarap kedai kopi modern tepi jalan atau ‘new wave’—jika merujuk istilah Wildan—di Pontianak. Tantangan pertama dalam membuka kedai kopi modern pada saat itu ialah bertahan dengan perbedaan harga yang cukup jomplang dengan kedai kopi tradisional.
“Yang jelas kami takut sama harga jual dulu, bisa bersaing atau enggak dengan kedai kopi tradisional, maok dak orang beli kopi semahal ini. Tantangan lain juga dulu banyak orang yang pesan kopi dengan espresso based tapi ga repeat order,” sambung Wildan.
Tantangan tersebut perlahan terjawab sudah seiring makin banyaknya kedai kopi modern yang buka di Pontianak.
“Semakin banyak coffee shop modern baru yang buka, itu berarti kopi specialty udah mulai diterima di kota ini. Dan ga sesulit dulu lagilah mengedukasi konsumen soal kopi, karena mereka sudah terbiasa,” ungkapnya.

Cerita Lainnya



Top