Cerita Kota

Menjaga Budaya Melayu Pontianak di Era Modern

31 Oktober 2025

123 views

Kontributor :
Adinda Y.R
@adindaydtmrae
Kontributor :
Adinda Y.R
@adindaydtmrae

CERITA KOTA | Di tengah gemerlap kota modern, nuansa budaya Melayu masih kuat terasa di Pontianak. Dari lantunan pantun hingga semarak tari Jepin, warisan budaya ini terus hidup dan menjadi kebanggaan warga Kota Khatulistiwa.

Masyarakat Melayu di Kalimantan Barat memiliki sejarah panjang. Identitas budaya itu tercermin jelas lewat busana adat seperti Telok Belanga dan Baju Kurung, yang menggambarkan keanggunan sekaligus kesopanan (Kemdikbud.go.id, 2023). Tak hanya itu, tari Jepin juga menjadi simbol kuat dari nilai religiusitas dan semangat kebersamaan masyarakat Melayu yang masih lestari hingga kini.

Momentum Merawat Identitas

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Pontianak selalu menjadi panggung besar bagi ekspresi budaya Melayu. Setiap tahunnya, perayaan ini diisi dengan berbagai perlombaan dan pertunjukan seni yang melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan.

Warga kota mengenakan pakaian adat, menarikan Jepin, dan mengikuti tradisi Saprahan—makan bersama dengan tata krama khas Melayu. Sekolah-sekolah pun turut meramaikan suasana lewat lomba Bujang Dare, tari Jepin, hingga kegiatan seni lainnya.

Pada tahun 2025, kemeriahan HUT Kota Pontianak ke-254 berlangsung sebulan penuh. Puncaknya di Jalan Rahadi Usman pada Kamis, 23 Oktober 2025, dan dilanjutkan dengan Aksi Jepin Massal “Pontianak Bersahabat” pada Minggu, 26 Oktober di lokasi yang sama.

Ribuan orang ikut menari bersama dalam kegiatan Bejepin Bersama. Perayaan ini juga dimeriahkan oleh dua agenda besar lainnya: Festival Melayu Khatulistiwa, yang menampilkan parade budaya, pertunjukan seni, dan Karnaval Khatulistiwa, yang menghadirkan pawai warga dengan busana adat di sepanjang Jalan Ahmad Yani.

Tantangan Regenerasi di Tengah Modernisasi

HUT Kota Pontianak ke-254 menjadi simbol semangat masyarakat Kalimantan Barat dalam mempertahankan jati diri budaya Melayu. Namun, di tengah arus modernisasi, regenerasi pelaku seni masih menjadi tantangan besar.

Data Kemdikbud.go.id (2024) menunjukkan bahwa hanya 18% pelaku seni di Kalimantan Barat berusia di bawah 30 tahun. Angka ini menandakan rendahnya minat generasi muda terhadap seni tradisional. Karena itu, pendekatan yang lebih modern dan kreatif dibutuhkan agar anak muda dapat menjadi bagian aktif dari pelestarian budaya.

Sebuah Jalan Baru

Perayaan HUT Kota Pontianak 2025 membawa semangat baru dalam pelestarian budaya melalui kekuatan digital. Ajakan penggunaan tagar #PontianakBersahabat dan #PontianakBejepin menjadi ruang ekspresi yang membuka peluang lebih luas untuk memperkenalkan budaya Melayu di ranah digital.

Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan warga menjadi bukti bahwa ekosistem budaya Pontianak tak hanya hidup, tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman.

Perayaan HUT ke-254 membuktikan bahwa sinergi antara tradisi dan teknologi bukan hanya mungkin, tapi juga penting—agar budaya Melayu tak sekadar dikenang, melainkan terus hidup dan berkembang di hati generasi masa depan. (*)




Top