Cerita Kota

Ketika Hujan Turut Menari di Perayaan Museum Kalimantan Barat

7 Oktober 2025

96 views

Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a
Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a

CERITA KOTA | Gerimis turun pelan di halaman Museum Provinsi Kalimantan Barat, Senin (6/10/2025) malam. Udara lembap membawa aroma tanah basah, sementara di tengah rinainya yang lembut, suara musik tradisional mulai mengalun. Para penari dari Sanggar Warsada melangkah ke panggung dengan senyum yang tak luntur, kain dan selendang mereka basah di ujungnya, namun tak sedikit pun semangat surut.

Dengan gerak yang anggun dan mantap, mereka membawakan tarian multi-etnis yang memadukan tiga budaya besar Kalimantan Barat: Dayak, Melayu, dan Tionghoa, disusul sentuhan tarian Nusantara yang memperkaya keseluruhan penampilan. Setiap langkah seperti membangun jembatan antara masa lalu dan masa kini, menghadirkan harmoni dari perbedaan yang indah.

“Penampilan hari ini sebenarnya untuk hiburan pembukaan,” ujar Aurel Anugrah Putri, salah satu penari muda dari Sanggar Warsada, saat ditemui usai tampil. Rambutnya masih lembap oleh gerimis, tapi senyumnya tak pudar. 

“Kami ingin memperlihatkan keindahan tiga etnis yang hidup berdampingan di Kalimantan Barat.”

Hujan tak menghentikan mereka, namun seolah memberi latar yang syahdu. Ketika musik bertema museum dimainkan, para penari menyesuaikan gerak spontan penuh penghayatan.

“Gerakannya baru kami bikin sesuai lagu itu,” kata Aurel sambil tertawa kecil. “Latihannya cuma tiga hari, tapi semua gerakannya murni dari kami sendiri, dari awal sampai akhir.”

Di antara rintik hujan dan tepuk tangan penonton yang berlindung di balik payung, pagelaran pembuka itu menjadi momen yang hangat, sebuah simbol bahwa semangat berkesenian dan cinta terhadap budaya tak mudah luntur oleh cuaca.

Festival ini menjadi bagian dari Sepekan Festival Museum Tahun 2025, yang mengusung tema Museum Gerbang Peradaban Nusantara. Acara tersebut diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan, yang dalam sambutannya mengajak masyarakat menjadikan museum sebagai sumber inspirasi dalam mencipta dan berkarya. Kegiatan itu berlangsung 6-12 Oktober 2025.

Selama sepekan, festival akan menampilkan beragam kegiatan budaya, seperti Lomba Tundang dan Pantun Berdendang, pameran sejarah, serta lokakarya edukatif bagi generasi muda. Namun pembukaan malam itu telah lebih dulu menorehkan kesan mendalam, tentang keberanian berkarya di bawah hujan, tentang kebanggaan akan budaya yang terus hidup di setiap langkah tari.

Dan di antara tepuk tangan penonton yang mulai mereda, Mereka berdiri dengan napas terengah tapi bahagia. Gerimis masih turun ringan, rintik yang berkilau karena sorot lampu dari panggung penampilan, menyatu dengan lengkung tangan dan ayunan langkah para penari. 

Tetapi di benak para penonton, pemandangan itu sulit hilang: penari-penari muda yang menari di bawah hujan, menyalakan semangat kebudayaan di tengah rinai yang lembut. (*)

Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia!




Top