Cerita Kota

Tugu Digulis, Simbol Perjuangan Pahlawan di Kota Pontianak

10 November 2024

680 views

Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id
Kontributor :
Local Creators
@localcreators.id

CERITA KOTA | Pontianak memang identik sebagai Kota Khatulistiwa. Tak jarang monumen yang paling diingat tentang Kota Pontianak adalah Tugu Khatulistiwa. Padahal, kota ini punya monumen yang tak kalah bersejarah.

Ya, Tugu Digulis atau Tugu Bambu Runcing. Landmark yang terletak di pusat kota ini kaya akan nilai historis dan heroik, menceritakan perjuangan pemuda Kalimantan Barat dalam meraih kemerdekaan. Pontinesia mencoba merangkum beberapa hal yang perlu kamu tahu tentang Tugu Digulis ini.

Sejarah

Ada kisah kelam di balik berdirinya monumen ini. Semua berawal pada tahun 1914, saat terbentuknya Partai Sarekat Islam (SI) di Ngabang (sekarang Kota Landak). Organisasi berbasis keagamaan ini mendapat banyak simpati dari masyarakat, hingga akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah untuk membekukan seluruh kegiatan Sarekat Islam. Perintah itu digelontorkan akibat maraknya pemberontakan anggota SI di Jawa dan Sumatera. Pemerintah Hindia Belanda pun menangkap 11 tokoh pergerakan Kalimantan Barat, kemudian diasingkan ke Boven Digoel di Irian Barat.

Arti Nama

Kata Digulis diambil dari kata "Digoel", sebuah tempat di Papua (Irian Barat). Dahulu, wilayah ini termasuk dalam kekuasaan Hindia Belanda yang digunakan sebagai tempat pembuangan atau pengasingan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sekarang, daerah ini adalah sebuah Kabupaten di Papua yang dikenal dengan sebutan "Digul Atas".

Kemudian kata digul ditambahkan akhiran -is yang sebenarnya merupakan pinjaman dari suffix bahasa Inggris -ist yang berarti orang atau pelaku. Sehingga kata Digulis merujuk kepada orang yang dibuang atau diasingkan ke Digul. Nah, ternyata Pontianak dan Papua punya pertalian sejarah ya?

11 Bambu Runcing

Monumen ini berbentuk 11 bambu runcing yang menjulang ke langit, masing-masing berbeda ukuran. Mencirikan 11 tokoh pejuang berasal dari berbagai daerah berbeda. Warnanya kuning kehijauan layaknya bambu pada umumnya. Bambu runcing diambil sebagai bentuk simbolis perjuangan bangsa Indonesia.

Kesebelas tokoh pejuang tersebut adalah: Achmad Marzuki, Achmad Su ud bin Bilal Achmad, Gusti Djohan Idrus, Gusti Hamzah, Gusti Moehammad Situt Machmud, Gusti Soeloeng Lelanang, Jeranding Sari Sawang Amasundin, Hj Rais bin H Abdurahman, Moehammad Hambal alias Bung Tambal, Moehammad Sohor dan Ya Moehammad Sabran. Nama-nama tokoh pejuang ini juga diabadikan menjadi nama jalan-jalan di Pontianak.

Sejak 1987

Monumen yang berbentuk sebelas tonggak menyerupai bambu runcing (dengan warna kuning polos saat itu), pertama kali diresmikan pada 10 November 1987 (bertepatan dengan hari Pahlawan) oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu, H Soedjiman. Pada tahun 1995, monumen ini dicat ulang dengan warna merah-putih.

Renovasi kembali dilakukan pada tahun 2006 sehingga monumen terlihat lebih mirip bambu runcing dengan pengecatan warna kuning-hijau. Selanjutnya, bertepatan dengan Hari Jadi ke-242 Pontianak (23/10/2013) lalu, Pemerintah Kota Pontianak meresmikan renovasi dan pembangunan kawasan Tugu Digulis.

Hal ini menjadikan Tugu Digulis tampak indah dan menarik perhatian dengan pesona air mancur yang dapat menampilkan berbagai macam bentuk tarian. Air Mancur Tugu Digulis ini seakan menjadi identitas baru sebagai sebuah landmark skala kota.

Tidak hanya itu, disekeliling kawasan tersebut juga dipercantik dengan adanya Taman Bunga maupun Jogging Track sehingga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (public space) andalan Pontianak. Meski Tugu Digulis berada di tengah bundaran, masyarakat maupun wisatawan bisa meminggirkan kendaraannya di sekitar Gerbang Universitas Tanjungpura untuk menikmati pesona Tugu Digulis, lantas mengabadikannya dalam bidikan kamera. (*)

Ikuti terus cerita Pontinesia, dari Pontianak makin tahu Indonesia!




Top